Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan terkait nasab keluarga Ba'alawi kembali mencuat di kalangan masyarakat. Salah satu topik yang hangat dibicarakan adalah tesis dari KH Imaduddin Utsman, yang mengundang perhatian khusus. Polemik ini telah berkembang selama dua tahun terakhir dan menimbulkan beragam respons dari berbagai pihak.
Baru-baru ini, Rabithah Alawiyah mengadakan diskusi tentang perdebatan nasab ini tepatnya Sabtu (07/09/2024) di Markas besar Rabithah Alawiyah, namun sayangnya, KH Imaduddin CS kembali tidak hadir. Ketidak hadiran ini mencerminkan situasi serupa pada perdebatan nasab sebelumnya yang diadakan oleh Kesultanan Banten, di mana beliau juga memilih untuk tidak datang.
Sikap KH Imaduddin ini menuai berbagai komentar, termasuk dari Rahman Simatupang, seorang aktivis politik yang vokal terhadap isu-isu publik. Rahman dalam pernyataannya kepada media pada Sabtu, 7 September 2024 dan kepada redaksi www.suaranasional.com, menyayangkan ketidak hadirannya KH Imaduddin di diskusi penting tersebut.
"Imaduddin dan kelompoknya lebih sering menyuarakan pendapat mereka di media sosial, namun ketika diundang untuk berdiskusi secara langsung, mereka tidak berani hadir. Ini jelas tindakan yang tidak bertanggung jawab," ungkap Rahman (07/09/2024).
Rahman melanjutkan, Prihal ketidak hadiran KH Imaduddin dalam diskusi ilmiah mengenai nasab Ba’alawi menimbulkan anggapan bahwa KH Imaduddin menghindari debat Terbuka.
“Ketika acara diskusi di Banten, Imaduddin juga tidak datang. Itu sebabnya kini dia dijuluki 'Imaduddin Alkaburi,'” tambahnya dengan tegas.
Rahman juga menekankan bahwa perbedaan pandangan mengenai nasab Ba'alawi seharusnya tidak menjadi masalah besar, selama tidak disertai dengan provokasi atau ujaran kebencian.
“Namun, beberapa pernyataan dari pihak Imaduddin dan kelompoknya sudah melampaui batas. Mereka bahkan berani menuduh beberapa habaib sebagai imigran yang tidak sah dan menyebarkan isu yang dapat memicu perpecahan di masyarakat,” pungkasnya kepada media.
Kontroversi terkait nasab ini diperkirakan akan terus menjadi sorotan publik, terlebih dengan semakin berkembangnya diskusi di berbagai forum. Masyarakat berharap agar setiap pihak dapat lebih bijak dalam menyikapi perbedaan dan mencari solusi melalui diskusi yang konstruktif dan damai.