Doa Kiai Terlalu Panjang: Ke-Ikhlasan Jamaah Terkikis, Apa yang Salah?

 


Doa Kiai Terlalu Panjang: Ke-Ikhlasan Jamaah Terkikis, Apa yang Salah?

 Oleh : ahmad Nawawi Efendi


Majlis dzikir, tahlil, dan sholawat adalah tradisi mengakar yang hidup dalam lingkungan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia. Acara ini sering dipimpin oleh kiai, asatidz dsb, yang dihormati sebagai panutan spiritual. Namun dalam perkembangannya, tidak sedikit kiai yang memperpanjang doa sampai pada waktu yang sangat lama. Meski niatnya baik, doa yang terlalu panjang itu bisa berdampak pada jamaah yang malah berakhir kelelahan dan kehilangan keikhlasannya. Dengan demikian, penting kiranya bagi kiai NU memahami situasi jamaah agar keberkahan tetap tercapai tanpa membebani jamaah yg ada.

 

Pentingnya Memahami Kondisi Jamaah

Di setiap acara dzikir tahlil, jamaah hadir dengan berbagai latar belakang. Ada yang datang setelah seharian bekerja, ada yg membawa anak-anaknya, dan ada pula yang memiliki keterbatasan fisik. Para kiai sebagai pemimpin majlis harus memahami kondisi ini. Jika doa terlalu panjang, bukan tidak mungkin jamaah akan kehilangan fokus dan merasa jenuh, tetapi pada akhirnya juga dapat mengurangi keikhlasan mereka dalam beribadah.

 

Allah SWT berfirman:

"يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ"

 

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

"إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ فِيهِمُ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ"

 

“Jika salah seorang dari kalian menjadi imam, ringankanlah (shalatnya), karena di antara mereka ada yang lemah, yang sakit, dan yang memiliki keperluan.” (HR. Bukhari & Muslim)

 

Dalil-dalil ini menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam beribadah, termasuk dalam durasi doa di majlis.

 

Fenomena Doa yang Terlalu Lama: Tradisi atau Kebiasaan?

Iya.. mungkin banyak kiai yang memanjangkan doanya dengan tujuan agar mendapatkan lebih banyak keberkahan. Akan tetapi, niat baik tersebut terkadang menjadi tidak efektif, karena jamaahnya sudah merasa lelah dan bosan. Doa panjang tidak menjamin permohonannya terkabul karena Allah lebih melihat keiklasan hati daripada lamanya waktu yang dihabiskan.

Beberapa jamaah mungkin mengira bahwa dengan memperpanjang doa, mereka menghormati Allah lebih banyak. Padahal, Rasulullah sendiri mencontohkan doa dengan singkat tapi penuh makna. Dalam situasi tertentu, beliau lebih memilih untuk meringkas ibadah jika kondisi jamaah tidak memungkinkan.

Dalam situasi tertentu pun, Rasulullah SAW pernah memperpendek bacaan sholat karena mendengar tangisan bayi makmum, agar tidak memberatkan ibu yang sedang bersholat (HR. Bukhari). Itu menunjukkan bahwa Rasulullah sangat peka terhadap kondisi jamaah.

 

Kelelahan Jamaah dan Potensi Hilangnya Keikhlasan

Ketika doa berlangsung terlalu lama, beberapa jamaah mulai merasa lelah. Tangan yang tadinya terangkat dengan semangat perlahan-lahan mulai turun. Pikiran mulai melayang dan yang seharusnya menjadi momen khusyuk berubah menjadi kewajiban yang memberatkan. Keadaan ini jika terus-menerus dapat membuat jamaah kehilangan keikhlasan dalam beribadah.

Kekurangan keberkahan dalam suatu majlis dapat terjadi karena kelelahan fisik atau mental. Jika jamaah ada yang merasa terpaksa dengan panjangnya doa yang dibacakan, tentu saja mereka tidak mau datang di acara berikutnya. Tentunya hal ini juga bertentangan dengan tujuan dari majlis itu sendiri, yaitu mencari ketenangan dan kedamaian serta Syair Islam.

 

Bagaimana Seharusnya Doa yang Efektif?

Doa yang EFFECTIVE adalah doa yang singkat, jelas, dan bermakna. Kiai harus memahami bahwa kualitas doa lebih penting daripada kuantitasnya. Dengan memperhatikan situasi jamaahnya, doa dapat disampaikan dengan padat dan bermakna tanpa mengurangi keberkahannya.

Rasulullah SAW bersabda:

"إِنَّ أَطْوَلَ الصَّلَاةِ وَأَقْصَرَ الْخُطْبَةِ مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ"

 

“Sesungguhnya panjangnya shalat dan ringkasnya khutbah adalah tanda kefakihan seseorang.” (HR. Muslim)

 

Memimpin Doa dengan Bijak?

1.  Durasi: Jangan membuat doa terlalu lama; 5-10 menit sudah cukup, terutama apabila acara itu diadakan pada malam hari atau setelah kegiatan yang memerah fisik.

2.  Amati Respons Jamaah: Jika jamaah terlihat gelisah, pertimbangkan untuk segera menutup doa. Kepekaan terhadap jamaah adalah bagian dari tanggung jawab spiritual seorang pemimpin.

3. Kualitas, Bukan Kuantitas: Lebih baik doa singkat yang khusyuk daripada doa panjang yang membosankan.

4. Gunakan Bahasa yang Mudah Dimengerti, jauhi penggunaan kata-kata yang terlalu rumit atau terlalu banyak sehingga jamaah dapat mengikuti doa dengan penuh pemahaman.

 

Doá K.H. Maimoen Zubair yang Ringkas

K.H. Maimoen Zubair adalah salah satu tokoh NU yang sangat dihormati, dan doanya paling ringkas. Beliau seringkali membaca doa yang sama sekali tidak bertele-tele, namun kekhusyukan dan keberkahan tetap dirasakan oleh jamaah. Praktik terbaik inilah kiranya yang bisa diikuti oleh kiai lainnya.

 

Kesimpulannya, Memahami kondisi jamaah adalah kunci dalam memimpin doa di majlis dzikir, tahlil, dan sholawat. Kiai sebagai pemimpin spiritual harus peka terhadap kebutuhan jamaah, sehingga majlis tidak hanya membawa keberkahan, tapi juga kenyamanan bagi semua yang hadir. Panjangnya doa bukanlah yang ramah bagi mereka; yang penting lebih adalah ketulusan hati. Wallahu A’lam..

 

---

Keywords:

·         Kiai NU

·         Memahami situasi jamaah

·         Doa panjang dalam majlis dzikir

·         Keikhlasan dalam ibadah

·         Doa yang efektif

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Ads Section