Doa Kiai
Terlalu Panjang: Ke-Ikhlasan Jamaah Terkikis, Apa yang Salah?
Majlis dzikir, tahlil, dan sholawat adalah
tradisi mengakar yang hidup dalam lingkungan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia. Acara ini
sering dipimpin oleh kiai, asatidz dsb, yang dihormati sebagai panutan spiritual. Namun dalam
perkembangannya, tidak sedikit kiai yang memperpanjang doa sampai pada waktu
yang sangat lama. Meski niatnya baik, doa yang terlalu panjang itu bisa berdampak
pada jamaah yang malah berakhir kelelahan dan kehilangan keikhlasannya. Dengan
demikian, penting kiranya bagi kiai NU memahami situasi jamaah agar keberkahan
tetap tercapai tanpa membebani jamaah yg ada.
Pentingnya Memahami Kondisi Jamaah
Di setiap acara dzikir tahlil,
jamaah hadir dengan berbagai latar belakang. Ada yang datang setelah seharian
bekerja, ada yg membawa anak-anaknya, dan ada pula yang memiliki keterbatasan fisik.
Para kiai sebagai pemimpin majlis harus memahami kondisi ini. Jika doa terlalu
panjang, bukan tidak mungkin jamaah akan kehilangan fokus dan merasa jenuh, tetapi pada akhirnya juga dapat mengurangi keikhlasan mereka dalam beribadah.
Allah
SWT berfirman:
"يُرِيدُ
ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ"
“Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 185)
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"إِذَا
أَمَّ أَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ فِيهِمُ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ
وَذَا الْحَاجَةِ"
“Jika
salah seorang dari kalian menjadi imam, ringankanlah (shalatnya), karena di
antara mereka ada yang lemah, yang sakit, dan yang memiliki keperluan.” (HR.
Bukhari & Muslim)
Dalil-dalil
ini menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam beribadah, termasuk dalam durasi
doa di majlis.
Fenomena Doa yang Terlalu Lama: Tradisi atau
Kebiasaan?
Iya.. mungkin banyak kiai yang memanjangkan doanya dengan
tujuan agar mendapatkan lebih banyak keberkahan. Akan tetapi, niat baik
tersebut terkadang menjadi tidak efektif, karena jamaahnya sudah merasa lelah
dan bosan. Doa panjang tidak menjamin permohonannya terkabul karena Allah lebih
melihat keiklasan hati daripada lamanya waktu yang dihabiskan.
Beberapa
jamaah mungkin mengira bahwa dengan memperpanjang doa, mereka menghormati Allah
lebih banyak. Padahal, Rasulullah sendiri mencontohkan doa dengan singkat tapi penuh
makna. Dalam situasi tertentu, beliau lebih memilih untuk meringkas ibadah jika
kondisi jamaah tidak memungkinkan.
Dalam
situasi tertentu pun, Rasulullah SAW pernah memperpendek bacaan sholat karena mendengar tangisan bayi makmum, agar tidak memberatkan ibu yang sedang bersholat (HR.
Bukhari). Itu menunjukkan bahwa Rasulullah sangat peka terhadap kondisi jamaah.
Kelelahan Jamaah dan Potensi Hilangnya
Keikhlasan
Ketika
doa berlangsung terlalu lama, beberapa jamaah mulai merasa lelah. Tangan yang
tadinya terangkat dengan semangat perlahan-lahan mulai turun. Pikiran mulai melayang
dan yang seharusnya menjadi momen khusyuk berubah menjadi kewajiban yang
memberatkan. Keadaan ini jika terus-menerus dapat membuat jamaah kehilangan
keikhlasan dalam beribadah.
Kekurangan keberkahan dalam suatu majlis dapat terjadi karena kelelahan fisik atau mental. Jika jamaah ada yang merasa terpaksa dengan panjangnya doa yang dibacakan, tentu saja mereka tidak mau datang di acara berikutnya. Tentunya hal ini juga bertentangan dengan tujuan dari majlis itu sendiri, yaitu mencari ketenangan dan kedamaian serta Syair Islam.
Bagaimana Seharusnya Doa yang Efektif?
Doa
yang EFFECTIVE adalah doa yang singkat, jelas, dan bermakna. Kiai harus
memahami bahwa kualitas doa lebih penting daripada kuantitasnya. Dengan
memperhatikan situasi jamaahnya, doa dapat disampaikan dengan padat dan bermakna
tanpa mengurangi keberkahannya.
Rasulullah
SAW bersabda:
"إِنَّ
أَطْوَلَ الصَّلَاةِ وَأَقْصَرَ الْخُطْبَةِ مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ"
“Sesungguhnya
panjangnya shalat dan ringkasnya khutbah adalah tanda kefakihan seseorang.”
(HR. Muslim)
Memimpin Doa dengan Bijak?
1. Durasi: Jangan membuat doa
terlalu lama; 5-10 menit sudah cukup, terutama apabila acara itu diadakan pada
malam hari atau setelah kegiatan yang memerah fisik.
2. Amati Respons Jamaah: Jika
jamaah terlihat gelisah, pertimbangkan untuk segera menutup doa. Kepekaan
terhadap jamaah adalah bagian dari tanggung jawab spiritual seorang pemimpin.
3. Kualitas, Bukan Kuantitas:
Lebih baik doa singkat yang khusyuk daripada doa panjang yang membosankan.
4. Gunakan Bahasa yang Mudah
Dimengerti, jauhi penggunaan kata-kata yang terlalu rumit atau terlalu banyak
sehingga jamaah dapat mengikuti doa dengan penuh pemahaman.
Doá K.H. Maimoen Zubair yang Ringkas
K.H.
Maimoen Zubair adalah salah satu tokoh NU yang sangat dihormati, dan doanya
paling ringkas. Beliau seringkali membaca doa yang sama sekali tidak bertele-tele, namun
kekhusyukan dan keberkahan tetap dirasakan oleh jamaah. Praktik terbaik inilah
kiranya yang bisa diikuti oleh kiai lainnya.
Kesimpulannya, Memahami kondisi jamaah adalah kunci dalam memimpin doa
di majlis dzikir, tahlil, dan sholawat. Kiai sebagai pemimpin spiritual harus
peka terhadap kebutuhan jamaah, sehingga majlis tidak hanya membawa keberkahan,
tapi juga kenyamanan bagi semua yang hadir. Panjangnya doa bukanlah yang ramah
bagi mereka; yang penting lebih adalah ketulusan hati. Wallahu A’lam..
---
Keywords:
·
Kiai NU
·
Memahami situasi jamaah
·
Doa panjang dalam majlis dzikir
·
Keikhlasan dalam ibadah
·
Doa yang efektif